Sabtu, 24 Juli 2010

Need shoulder to cry on..

Terkadang, emosi itu perlu ditumpahkan. Bahkan emosi yang tanpa sadar kita pendam dan tutupi. Bentuk luapan emosi paling mudah adalah menangis. Menangis kadang baik sebagai salah satu cara meringankan beban. Asalkan setelah itu tidak lantas patah arang, namun jadi lebih kuat untuk bangkit. Jangan takut dibilang cengeng, menangis adalah bukti bahwa hati kita masih peka. Sentimentil itu masih dibutuhkan asal jangan terlalu.
Siang itu, saya baru saja selesai bercurah hati dengan seorang sahabat lama. Mencoba saling menguatkan diri. Mencoba menghibur dirinya yang baru saja kehilangan calon bayinya. Meski hanya bisa berkomunikasi lewat dunia maya, kami berusaha saling mengisi relung kosong hati dengan semangat untuk melanjutkan kehidupan.
Namun tak berapa lama, suami saya menelpon, memberi tahu jadwal operasi putra pertama kami, Rauffala(2,5 thn), sudah dipastikan esok malam. Blasss...di tengah suasana laboratorium yang sepi, hanya suara pump air untuk kondensor dua alat destilasi minyak atsiri dan rotavapor yang menyala, ruang hati saya seperti pasar malam. Kacau, bising dengan bisikan penuh kekhawatiran. Bagaimana esok malam ? Apakah operasinya akan berjalan lancar ? Bisakah Aufal melewatinya ? Lalu kenapa semua harus berlangsung di saat riset saya baru dimulai ? Haruskah saya hentikan lebih awal ? Dan beragam kekhawatiran lain berkecamuk di benak saya. Terutama masalah kondisi Aufal saat dan setelah operasi. Dan emosi itu memuncak...
Saya tak mengerti. Proses operasi ini telah dipersiapkan sebulan sebelumnya. Ketika orang-orang di sekeliling kami meragukan keputusan tersebut dan berusaha menyodorkan alternatif lain, tapi kami, terutama saya, menolaknya keras dan tetap kukuh pada keputusan kami untuk melakukan tindakan operasi. Ketika orang lain merasa miris membayangkan batita kami harus berada di meja operasi, saya meyakinkan mereka bahwa operasinya hanya operasi sedang, bahkan tak perlu rawat inap. So simple, percaya diri saya yakinkan it’s gonna be ok...
Tapi ketika kepastian operasi itu datang, ternyata saya tak bisa lagi memendam rasa khawatir. Sedih, ragu, dan selaksa emosi negatif menyeruak. Mengumpul di sudut mata. I need shoulder to cry on !
Segera saja saya menghampiri rekan sekaligus sahabat-sahabat saya yang sedang bekerja di lab lain. Pada awalnya saya hanya ingin menitipkan bahan riset saya karena saya tak bisa melanjutkan riset esok hari dan hari-hari berikutnya sampai Aufal pulih benar. Sahabat saya kaget juga mendengar rencana operasi esok hari. Saya mencoba tegar menceritakan kronologisnya. Tapi, tetap tak bisa dipungkiri, emosi saya memuncak mengumpul di pelupuk mata. Dan kemudian.. “Teteh, saya mau nangis…” Segera saja ia memeluk saya erat. Menyediakan bahunya untuk tempat menangis. Entah kenapa, tanpa sepatah kata pun terucap, rasanya setengah beban emosi yang pada awalnya terasa mulai menghilang seiring air mata yang keluar. Saya tak pernah menangis ketika bercerita soal rencana operasi itu, saya tegar ketika dengan meyakinkan orang disekeliling saya dengan keputusan saya. Tapi ternyata, air mata itu muncul juga.
Setelah saya bisa menegakkan kepala, sahabat saya yang lain datang menghapiri. Melihat saya berkaca-kaca, “Lia jangan menangis… Kamu harus kuat !!!” Blazz… pelukan dan rangkaian kata itu berubah mejadi bulir energi positif yang mulai menggeser segenap emosi negative di hati. Alhamdulillah… saya bisa menegakkan kepala kembali dan dengan tegas berkata “ Saya harus kuat “
Berkat doa dan dukungan sahabat, esok harinya saya bisa melewati hari tanpa beban dan kekhawatiran berlebih. Dengan tegar mulai menyiapkan diri Aufal. Pun begitu Aufal. Rasanya, operasi ini bisa berjalan tanpa rasa cemas. Kami kembalikan semua pada kehendak-Nya. Dan alhamdulillah, esok hari setelah operasi, Aufal bisa bermain dengan cerianya.
Begitulah, menangis adalah hal wajar. Dan kita selalu membutuhkan orang lain untuk jadi penopang kita di saat kita limbung, untuk jadi pendorong kita di saat kita lelah berjalan, untuk jadi pegangan kita di saat kita akan jatuh, agar kita tidak terus terpuruk. Mereka adalah sahabat... Thanks for ur shoulder...

Senin, 12 Juli 2010

Zingiber cassumunar ?


Di Indonesia, Z. cassumunar dikenal dengan berbagai nama, seperti
Panglai (Sunda), bengle (Jawa), pandhiyang (Madura); mugle, bengle, bungle, baglai, baniai, banglai, bunglai; Bangle, kunit bolai, kunyit bolai (Sumatera), banggele (Bali); Bale, panini, manglai, manguiai, bangerei, wangelei, walegai,; kukuniran, kukundiren, unin makei, unin pakei, bangle, bongle.
Z. cassumunar digolongkan sebagai rempah-rempah yang memiliki khasiat obat. Kandungan kimia rimpang : minyak atsiri (sineol, pinen), damar, pati, tanin . Z. cassumunar digunakan sebagai penurun panas (anti piretik), peluruh kentut (karminatif), peluruh dahak (expectorant), pembersih darah, pencahar (laksan), obat cacing (vermifuge) (1).

Selain dipergunakan sebagai rempah, Z. cassumunar juga dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pengobatan. Penyakit yang dipercaya dapat diobati diantaranya adalah : demam, sakit kepala, batuk, perut nyeri, masuk angin, sembelit, sakit kuning, cacingan, reumatik. Ramuan jamu digunakan untuk kegemukan dan mengecilkan perut setelah melahirkan.
Bagian yang dipakai adalah rimpang dan daun. Rimpang digunakan untuk :
- Demam, sakit kepala.
- Batuk berdahak.
- Perut nyeri, masuk angin.
- Sembelit.
- Sakit kuning.
- Cacingan.
- Rheumatism.
- Ramuan jamu pada wanita setelah melahirkan.
- Mengecilkan perut setelah melahirkan.
- Kegemukan.
Sedangkan daun dipergunakan untuk mengatasi :
- Tidak napsu makan.
- Perut terasa penuh.

Senyawa aktif yang dimiliki Z. cassumunar diantaranya adalah Cassumunin A-C (2, 3, 4) dan Cassumunarin A-C (5), senyawa curcuminoid kompleks yang memiliki aktivitas antioksidan; senyawa-senyawa phenylbutanoid (seperti Phlain I-IV) yang memiliki aktivitas antiinflamasi dan antioksidan (6); phenylbutenoid yang memiliki potensi antikanker dan antiinflamasi (7,8,9); minyak atsiri yang berpotensi antimikroba (10) dan fungisida (11).

Zingiber cassumunar Roxb. mengandung 0,9 - 2,8% minyak atsiri (13,15,17) dengan komponen terbanyak triquinacene,1,4-bis (methoxy) (26.47%), (Z)-ocimene (21.97%), terpinen-4-ol (18.45%), γ-terpinene (3.86%), β-phellandrene (3.49%) and cis-sabinenehydrate (3.00%) (17).

Dengan komponen-komponen kimia tersebut, Z.cassumunar berpotensi dalam pengembangan obat.

Kamis, 08 Juli 2010

Menjadi mengerti

Hidup itu tak selalu seperti apa yang kita mau. Kadang lebih banyak melenceng dari keinginan dibanding berjalan sesuai dengan harapan. Manusia memiliki jalan hidupnya masing-masing. Dan memiliki cerita hidup sendiri-sendiri. Itu yang membuat mereka berbada satu sama lain. Kehidupan yang mereka jalani telah membentuk karakter seperti agar-agar yang masuk ke dalam cetakannya.

Berbeda. Untuk itu Tuhan mempertemukan satu manusia dengan manusia lainnya. Agar mereka tahu adanya perbedaan. Agar mereka tahu bagaimana harusnya menghadapi perbedaan tersebut. Agar mereka tahu, ada hak dan ada kewajiban yang harus dilakukan di tengah perbedaan tersebut. Dan di situlah ujiannya. Ujian untuk jadi manusia yang sebenarnya. Manusia yang mengerti manusia yang lain.

Untuk menjadi manusia penuh pengertian, butuh waktu dan latihan berkepanjangan. Sangat melelahkan. Hingga kadang sepertinya tak satupun bisa melewatinya. Apalagi bila kita tak mampu membuka diri dan mencoba untuk menjadi bagian dari hidup oranglain. Tidak hanya hidup sendiri, dengan aturan sendiri, dengan keinginan sendiri, dengan kehendak sendiri yang kadang menyakitkan oranglain. Sadarilah, kita bukan manusia utuh tanpa bagian manusia yang lain.

Menjadi mengerti, itu langkah sulit yang harus kita jalani. Oleh karena itu, mari kita belajar untuk mengerti….

(hanya mengingatkan diri sendiri……….)

Diambil darah, siapa takut ???

Anda takut diambil darah ? Kenapa ya ? Takut pada jarum suntik ? Atau takut melihat darah ?
Ketika saya masih magang di salah satu laboratorium klinik, seringkali menghadapi pasien dengan ekspresi bermacam-macam saat diambil darahnya. Ada yang santai karena sudah terbiasa, ada pula yang terlihat miris karena melihat jarum yang dibayangkan akan merobek kulitnya meskipun pada kenyataannya tidak begitu. Namun, diantara semuanya, paling sulit ketika berhadapan dengan pasien bayi dan anak-anak. Sangat sulit mengambil darah bayi yang memiliki pembuluh darah kecil. Apalagi melihat kondisi tubuhnya yang masih ringkih...tak tega rasanya harus memeganginya erat karena kadang mereka meronta kuat. Pun begitu dengan anak-anak. Rasa takut yang menyergap saat masuk ke ruang pemeriksaan membuat mereka langsung menyusun benteng perlawanan. Meronta itu pasti...
Tapi ketakutan saat diambil darah tidak hanya berlaku pada anak kecil. Dalam beberapa praktikum yang memerlukan pengambilan darah dari manusia, tak sedikit mahasiswa saya yang mundur tak mau jadi sukarelawan. Meski pengambilan darah dilakukan oleh orang ahli sekalipun, apalagi jika diambil oleh rekannya, mereka pasti menolak.
Ya, pengambilan darah menjadi suatu fobia tersendiri bagi beberapa orang. Entah karena pada dasarnya penakut, traumatis, atau kadang karena takut melihat darahnya. Penolakan dari diri pasien akan berpengaruh pada proses pengambilan darah itu sendiri. Jangan heran jika seseorang yang paling lihai mengambil darah, bisa gagal karena pasien yang tidak cooperative.
Bagaimana agar pasien cooperative ? Mungkin salah satunya dengan menciptakan suasana senyaman mungkin. Di Lab.Klinik tempat saya magang dahulu, pasien disambut dan dilayani dengan penuh perhatian, dibawa dalam suasana rileks dan santai hingga rasa takut itu bisa berkurang dan syukur-syukur terlupakan. Untuk pasien anak-anak, selain diajak bercerita, bujuk rayu dan suasana tenang mutlak diperlukan...jangan sampai si anak bertambah takut karena perawat yang mengambil darahnya pasang tampang jutek dan marah-marah.. Wah, bisa kabur deh.
Dan kemarin, saya berada pada posisi sebagai orangtua yang anaknya diambil darah. Bila dulu saya yang terbiasa membujuk dan memegangi pasien anak yang hendak diambil darah, sekarang saya harus melakukan hal yang sama untuk anak saya.
Sebenarnya ini adalah pengalaman kedua. Putra kedua saya, Luffy, saat masih berusia 4 hari harus cek bilirubin. Duh, miris sekali melihat bayi mungil itu menggeliat saat terkena jarum. Sekarang, kakaknya, Aufal (2,5 thn) juga harus periksa hematologi. Ketika masuk ke ruang periksa, ternyata perawatnya belum selesai menangani pasien sebelum Aufal, seorang anak perempuan sekitar 4-5 tahunan. Anak itu meronta, menangis, dan menjerit sekeras-kerasnya. Boro-boro bisa mengambil darah, untuk menenangkan saja, perawat-perawat tersebut kewalahan. Dan Aufal menyaksikan itu semua ! Waduh, bahaya ! pikir saya dan suami. Suami langsung meminta Aufal dibawa keluar, takut dia trauma duluan dan ketakutan sebelum diambil darahnya. Tapi Aufal bersikeras mau melihat. Akhirnya, perawat tersebut menghentikan usahanya mengambil darah si anak, dan mendahulukan Aufal untuk diambil darah. Mulai deh saya khawatir Aufal meronta seperti anak itu. Pendekatan bujuk rayu siap dijalankan. Tapi apa yang terjadi ? Aufal hanya minta dipangku dan tanpa perlawanan mau menyodorkan tangannya untuk diambil darah. Ketika perawat meminta Aufal memalingkan muka (agar tidak melihat jarum suntik mengenai kulitnya), Aufal malah menggeleng dan dengan penuh kepenasaran melihat bagaimana jarum itu mengenai kulitnya...Ajaib, tanpa perlawanan, tanpa tangisan, apalagi jeritan, darah berhasil diambil. Bahkan ketika setelah itu dilakukan pemeriksaan waktu pendarahan, dimana telinganya ditindik kecil menggunakan lanset, Aufal juga pasrah. Ternyata, ada juga ya anak batita yang berani seperti dia ? Dan bangganya, anak itu adalah anak kami !! Selesai pemeriksaan, Aufal dengan bangganya memperlihatkan bekas tusukan di lengannya yang ditutup plester luka. ” Akit..ni..”, katanya..
Ternyata, rasa takut itu memang bisa timbul karena berbagai faktor, dan mungkin, bila kita terbiasa, rasa takut itu bisa berangsur hilang. Atau dengan pendekatan tertentu, seperti pada anak-anak, rasa takut itu bisa berkurang....
Semoga pengalaman ini bisa berguna.

Rabu, 07 Juli 2010

Polisakarida Jamur (2)

Jamur yang tersebar luas dan sebagian besar belum dimanfaatkan dapat menjadi sumber produk farmasi baru yang kuat. Seperti yang telah diketahui, di beberapa Negara Asia, penggunaan jamur sebagai obat tradisional sudah tak asing lagi.
Secara khusus, dan yang paling penting untuk obat modern, mereka mewakili sumber yang tidak terbatas dari polisakarida dengan aktivitas antitumor dan immunostimulating. Dari data in vitro, ekstrak jamur crimini, maitake, oyster and shiitake yang mengandung polisakarida mengatur produksi makrofag dan T-cell dari sitokin yang bermanfaat untuk meningkatkan imunitas anti tumor 3).
Sebagian besar jamur Basidiomycetes mengandung polisakarida aktif secara biologis dalam tubuh buah, kultur miselium, dan kultur kaldu. Polisakarida tersebut memiliki komposisi kimia yang berbeda, umumnya merupakan β-glucans; memiliki rantai utama dengan ikatan β-(1 → 3) dan tambahan cabang β-(1→6) untuk aktivitas antitumor mereka. β-Glucans berbobot molekul tinggi tampaknya lebih efektif daripada bobot molekul rendah. Sebagian besar bukti klinis untuk aktivitas antitumor berasal dari polisakarida komersial lentinan, PSK (krestin), dan schizophyllan, tetapi polisakarida dari beberapa spesies jamur menjanjikan lain juga menunjukkan hasil yang baik. Aktivitas ini terutama bermanfaat dalam klinik jika digunakan bersama dengan kemoterapi 4).
Polisakarida jamur mencegah onkogenesis, menunjukkan aktivitas antitumor langsung terhadap berbagai allogeneic dan syngeneic tumor, dan mencegah tumor metastasis. Polisakarida dari jamur tidak menyerang sel kanker secara langsung, tapi menghasilkan efek antitumor dengan mengaktifkan respon imun yang berbeda dalam host. Aktivitas antitumor polisakarida memerlukan komponen T-sel utuh dan aktivitasnya dimediasi melalui mekanisme system imun thymus-dependent 4).
β-(1-3)-glucans merupakan molekul yang memperlihatkan aktivitas biologis yang luas termasuk aktivitas antitumor. Beberapa penelitian memperlihatkan kemampuannya terhadap system imun humoral dan selular non spesifik aktif. Molekul ini meningkatkan aktivitas antimicrobial dari sel mononuclear dan neutrophils dan menambah aktivitas fungsional dari makrofag.
β-glucans teruji menghambat pertumbuhan tumor baik secara in vitro maupun in vivo. β-glucans lentinan dari Lentinus edodes, schizophyllan (sonifilan) dari Schizophyllum commune, grifolan dari Grifola frondosa, dan ekstrak dari Sclerotinia sclerotiorum, semuanya memiliki aktivitas antitumor 3).
β-(1-3)-Glucans juga menstimulasi proliferasi monosit dan makrofag dan memiliki aktivitas hematopoietic yang cukup potensial 3).
Aktivitas anti infeksi β-(1-3)-glucans telah diuji dalam animal models dari penyakit bacterial, fungal, parasitic, dan viral namun yang paling sering eksperimen dalam penyakit bacterial 3).
β-(1-3)-Glucans telah diuji dalam model pengujian terhadap infeksi Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, and Mycobacterium leprae. Pada setiap kasus, treatment dengan β-(1-3)-glucan memberikan efek yang menguntungkan dalam mereduksi mortality atau mengurangi jumlah bakteri dalam hewan terinfeksi 3).
β-(1-3)-Glucans terderivatisasi dan tak larut menstimulasi pembentukan mediator proinflammatory seperti komponen komplemen, IL-1, TNF-a, IL-2, and eicosanoids. β-(1-3)-Glucans larut diuji kemampuannya untuk mencegah bacterial sepsis 3).
Ekstrak Agaricus blazei Murill yang kaya campuran β-(1,3)-, β-(1-4)- and β-(1-6)-D-glucans menstimulasi pembentukan sitokin pro-inflamatori pada monosit dan sel endotel vena manusia sebagai respon terhadap infeksi 5).
β-glucans dari ekstrak jamur Agaricus blazei juga mencegah efek genotoksis dari benzopiren dengan cara terikat pada benzopiren atau menangkap radikal bebas selama aktivasi benzopiren tersebut, sehingga dapat digunakan sebagai agen kemoprotektif melawan kerusakan DNA yang diinduksi oleh benzopiren 6).
Jamur juga kaya akan mannan. Mannan memiliki aktivitas biologis yang signifikan saat diberikan kepada mamalia. Ketika diberikan secara oral, mereka menghambat absorpsi kolesterol dan menyebabkan hipokolesterolemia. Jika diberikan dalam rute lain, mereka terikat pada protein pengikat mannose dan menyebabkan aktivasi makrofag dan pelepasan interleukin-1, menghambat replikasi virus, menstimulasi aktivitas sumsum tulang, mempercepat penyembuhan luka, dan menghambat pertumbuhan sel tumor 7).
Lentinan tersulfatasi dari L. edodes mencegah efek HIV-induced cytopathic. Protein-bound polysaccharides, PSK and PSP dari Trametes versicolor (L.: Fr.) Pila´t [syn. Coriolus versicolor (L.: Fr.) Quelet] juga memiliki efek antiviral pada HIV dan cytomegalovirus in vitro. Selain menstimulus system imun, efek lain dari kompleks polysaccharide–protein adalah aktivitas antiviral 8).
Beberapa polisakarida dan kompleks polysaccharide–protein dari jamur dapat menstimulasi system imun non spesifik dan mengerahkan aktivitas antitumor melalui stimulasi dari mekanisme pertahanan inang. Obat mengaktifkan sel-sel efektor seperti makrofag, limfosit T
dan sel NK untuk mensekresi sitokin seperti TNF-α, IFN-γ, IL-1β,
dll, yang antiproliferative dan menginduksi apoptosis dan
diferensiasi pada sel tumor 8).
Ada bukti bahwa β-D-glucans menimbulkan respons biologis dengan cara mengikat membran reseptor komplemen type 3 (Cr3, alphaMb2 integrin atau CD11b/CD18) pada sel-sel efektor imun 8)

Pustaka
1. Barros, L. et al. 2008.Chemical Composition and Biological Properties of Portuguese Wild Mushrooms: A Comprehensive Study. J. Agric. Food Chem.56, 3856–3862
2. Chan, G.C, Chan, W.K, & Sze, D. 2009. The effects of β-glucan on Human Immune and Cancer Cells. Journal of Hematology & Oncology, 2:25
3. Yu, S., Weaver, V., Martin, K., & Cantorna, M.T. 2009. The Effects of Whole Mushrooms during Inflammation. BMC Immunology, 10:12
4. Wasser, S.P. 2002. Medicinal Mushrooms as a Source of Antitumor and Immunomodulating Polysaccharides. Appl Microbiol Biotechnol. 60:258–274.
5. Bernardshaw, S., Hetland, G., Ellertsen, L.K., Tryggestad, A.M.A, & Johnson, E. 2006. An Extract of the Medicinal Mushroom Agaricus blazei Murill Differentially Stimulates Production of Pro-inflammatory Cytokines in Human Monocytes and Human Vein Endothelial Cells in vitro. Inflammation, Vol. 29, Nos. 4-6, December 2005
6. Angeli, J.P.F, Ribeiro, L.R, Bellini, M.F., Mantovani, M.S. 2009. β-Glucan Extracted from The Medicinal Mushroom Agaricus blazei Prevents the Genotoxic Efects of Benzo[a]pyrene in the Human Hepatoma Cell Line HepG2. Arch Toxicol 83:81–86
7. Tizard, I.R., Carpenter, R.H., McAnalley, B.H., & Kemp, M.C. 1989. The Biological Activities of Mannans and Related Complex Carbohydrates. Mol. Biother., vol. 1, No, 6
8. Lindequist, U., Niedermeyer, T.H.J, & Jülich, W.D. 2005. The Pharmacological Potential of Mushrooms. eCAM;2(3)

Polisakarida Jamur (1)

Kita telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak sebaik tumbuhan lainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu dan kondisi tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya terbatas. Sebagai contoh, jamur banyak muncul pada musim hujan di kayu-kayu lapuk, serasah, maupun tumpukan jerami. Namun, jamur ini segera mati setelah musim kemarau tiba. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia telah mampu membudidayakan jamur dalam medium buatan, misalnya jamur merang, jamur tiram, dan jamur kuping.
Jumlah jamur di Bumi diperkirakan mencapai 140.000, namun mungkin hanya 10% (kira-kira 14.000 spesies) yang dikenal. Jamur merupakan kelompok eukariotik yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Untuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen.
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur bersel satu, misalnya khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnya jamur kayu.
Tubuhnya terdiri dari komponen dasar berupa benang-benang yang disebut hifa, hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.

Peranan jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, baik peran yang merugikan maupun yang menguntungkan. Jamur yang menguntungkan meliputi berbagai jenis antara lain sebagai berikut :
 Volvariella volvacea (jamur merang) berguna sebagai bahan pangan
berprotein tinggi.
 Rhizopus dan Mucor berguna dalam industri bahan makanan, yaitu
dalam pembuatan tempe dan oncom.
 Khamir Saccharomyces berguna sebagai fermentor dalam industri
keju, roti, dan bir.
 Penicillium notatum berguna sebagai penghasil antibiotik.
 Higroporus dan Lycoperdon perlatum berguna sebagai dekomposer.
Di samping peranan yang menguntungkan, beberapa jamur juga mempunyai peranan yang merugikan, antara lain sebagai berikut :
 Phytium sebagai hama bibit tanaman yang menyebabkan penyakit
rebah semai.
 Phythophthora inf'estan menyebabkan penyakit pada daun tanaman
kentang.
 Saprolegnia sebagai parasit pada tubuh organisme air.
 Albugo merupakan parasit pada tanaman pertanian.
 Pneumonia carinii menyebabkan penyakit pneumonia pada paru-paru
manusia.
 Candida sp. penyebab keputihan dan sariawan pada manusia.
Barros et al telah melaah komposisi kimia dan property biologis dari jamur liar di Portugis (Cantharellus cibarius, Hypholoma fasciculare, Lepista nuda, Lycoperdon molle, Lycoperdon perlatum, Ramaria botrytis, Tricholoma acerbum) 1) Dari jamur yang dianalisa tersebut ternyata mengandung banyak senyawa fitokimia berguna seperti phenolics, tocopherols, ascorbic acid, and carotenoids. Gabungan dari senyawa bioaktif dan komposisi kaya nutrisi (tinggi protein dan karbohidrat, rendah lemak, namun dalam bentuk lemak tak jenuh, tidak mengandung asam lemak trans) menjadikan jamur menjadi makanan special.
Selama bertahun-tahun, jamur telah digunakan sebagai bahan pengobatan tradisional di beberapa Negara Asia. Hal ini membuat riset mengenai aktivitas farmakologi dan kajian senyawa bioaktif dari jamur semakin berkembang. Dari sekian senyawa bioaktifnya, senyawa golongan polisakarida nampak menonjol sebagai senyawa yang memiliki aktivitas farmakologi.
Polisakarida yang aktif tersebut sebagian besar merupakan β-Glucans.

Selasa, 06 Juli 2010

Starting point

Sekarang mungkin saatnya untuk memulai kembali. Setelah sekian lama mengendap dalam tempurung, mungkin ini saatnya untuk memulai langkah baru.
First..Mulai mengasah otak kembali (berhubung mulai terkena short memory amnesia..hihihi..)
2nd ..Memberanikan diri untuk membuka diri
3rd ..Mencari solusi dari suatu masalah, tidak hanya mencari penyebabnya apalagi jika hanya mencari kambing hitam
4th ..Manage waktu, reschedule..
5th ..Hayo memulai !!!!