Minggu, 13 Februari 2011

Apa itu Karsinoma ?

Penyakit kanker kulit dewasa ini cenderung mengalami peningkatan jumlahnya terutama di kawasan Amerika, Australia dan Inggris. Berdasarkan beberapa penelitian, mereka orang-orang kulit putih yang lebih banyak menderita jenis kanker kulit ini. Hal tersebut diprediksikan sebagai akibat seringnya mereka terkena (banyak terpajan) cahaya matahari. Di Indonesia penderita kanker kulit terbilang sangat sedikit dibandingkan ke-3 negara tersebut, namun demikian kanker kulit perlu dipahami karena selain menyebabkan kecacatan (merusak penampilan) juga pada stadium lanjut dapat berakibat fatal bagi penderita.

Penyakit Kanker Kulit adalah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel kulit yang tidak terkendali, dapat merusak jaringan di sekitarnya dan mampu menyebar ke bagian tubuh yang lain. Ada tiga jenis kanker kulit yang umumnya sering diderita manusia, diantaranya adalah karsinoma sel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa (KSS) dan melanoma maligna (MM).

# Karsinoma Sel Basal (KSB)

Merupakan jenis penyakit kanker kulit yang paling banyak diderita. Kanker jenis ini tidak mengalami penyebaran (metastasis) kebagian tubuh lainnya, tetapi sel kanker dapat berkembang dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit sekitarnya. Warna kulit yang terang dan sering terkena pijaran cahaya matahari keduanya diduga sebagai penyebab Karsinoma Sel Basal. Faktor lain yang juga dapat menjadi penyebab jenis kanker ini adalah system imun tubuh yang lemah (baik dampak penyakit lain atau pengobatan), luka bakar, sinar X-ray.

1. Tanda dan Gejala
Bagian tubuh yang terserang kanker sel basal biasanya wajah, leher dan kulit kepala. Adapun tanda-tanda penyakit kanker berjenis ini adalah benjolan yang agak berkilat, kemerahan dengan pinggir meninggi yang berwarna agak kehitaman, kelainan seperti jaringan parut dan lecet/lika yang tidak sembuh-sembuh.

2. Diagnosa Jenis kanker
Metode tunggal untuk memastikan penyakit kanker sel basal yaitu Dokter akan melakukan pemeriksaan klinis dan histopatologis dengan mengambil sample bagian kulit yang di anggap sebagai jaringan kanker (biopsy) untuk diteliti dibawah mikroskop.

3. Therapy dan Pengobatan
Apabila diagnosa telah ditegakkan secara jelas bahwa penderita mengalami kanker kulit berjenis sel basal, maka tindakan yang dilakukan umumnya adalah pembedahan atau pengangkatan jaringan kulit (kanker) secara komplit, atau dapat pula dengan tindakan penyinaran. Metode lainnya yang juga kerap dilakukan adalah bedah beku, bedah listrik, laser, fotodinamik serta dengan obat-obatan baik yang dioleskan maupun disuntikkan (kemoterapi).

# Karsinoma Sel Skuamosa (KSS)

Merupakan jenis penyakit kanker kulit yang lebih banyak diderita pria terutama kaum lanjut usia (lansia). Ini adalah jenis kanker kulit dimana terjadi keganasan sel keratinosit epidermis, merupakan kanker kulit ke dua tersering. Penyakit kanker kulit KSS ini dapat menyebar kebagian tubuh yang lain, umumnya diderita mereka yang berada diwilayah tropik.

Seperti halnya penyakit KSB, kanker kulit jenis ini juga diduga akibat sinar matahari (dominannya), Imun tubuh yang lemah, virus, bahan-bahan kimia dan jaringan parut juga dapat menimbulkan penyekit ini. Adapun tanda dan gejalanya ialah mempunyai kelainan berupa benjolan-benjolan atau luka yang tidak sembuh-sembuh. Diagnosa ditegakkan dengan metode yang sama pada KSB, begitupun tindakan therapy dan pengobatan cenderung sama dengan kanker sel basal.

# Melanoma Maligna (MM)

Ini adalah jenis penyakit kanker kulit yang paling ganas dan berpotensi mematikan. Di Amerika, didapatkan data enam dari tujuh penderita kanker ini meninggal dunia. Dan jumlah orang yang terserang meningkat dari tahun ke tahun. Melanoma Maligna bisa berkembang dari tahi lalat timbul yang sudah ada atau yang baru muncul.

1. Tanda dan Gejala
Informasi ini sangat penting sekali bagi meraka yang memiliki tahi lalat yang kemudian mengalami perubahan baik warna, ukuran maupun bentuknya, Tahi lalat terkadang terasa gatal dan bila digaruk mengeluarkan darah. Sel kanker ini tumbuh dari melanosit, yaitu sel kulit yang berfungsi menghasilkan zat warna melanin.

Kanker ini dicirikan dengan ABCD, yaitu A= Asimetrik, bentuknya tak beraturan. B= Border atau pinggirannya juga tidak rata. C= Color atau warnanya yang bervariasi dari satu area ke area lainnya. Bisa kecoklatan sampai hitam. Bahkan dalam kasus tertentu ditemukan berwarna putih, merah dan biru. D= Diameternya lebih besar dari 6 mm.

2. Diagnosa Melanoma Maligna
Penegakan diagnosa pada kasus penyakit kanker kulit jenis ini sama halnya dengan kedua jenis kanker kulit di atas (KSB dan KSS), yaitu dilakukannya tindakan biopsy untuk pemeriksaan dibawah mikroskop.

3. Therapy dan Pengobatan
Melanoma Maligna merupakan jenis kanker kulit yang paling ganas, dapat menyebar kebagian tubuh lainnya seperti kelenjar limfa. Tindakan yang dilakukan pada penderita kanker jenis ini adalah pengangkatan secara komplit jaringan kanker dengan jalan pembedahan, apabila telah diketahui terjadi penyebaran maka dibutuhkan operasi lanjutan untuk mengangkat jaringan di sekitarnya. Jika sel kanker ditemukan menyebar ke kelenjar limfa, maka mau tidak mau kelenjarnya juga diangkat.
(mengutip dari web tetangga..)

Jumat, 11 Februari 2011

Mungkinkah ASI bebas dari E. sakazakii ?

Minggu-minggu ini publik terutama para ibu dihebohkan dengan kembali diblow-upnya riset tahun 2008 yang menemukan kontaminasi bakteri E. sakazakii dalam susu formula (sufor). Meski ini merupakan hal yang patut diwaspadai, tapi seyogyanya jangan pula memancing kepanikan massal. Beruntunglah para ibu yang memiliki akses informasi yang luas (tidak hanya dari TV yang hanya memblow-up bahayanya, tanpa memberi informasi yang lengkap tentang bakteri tersebut.)
Bakteri ini dapat menyebabkan radang selaput otak dan radang usus pada bayi. Kelompok bayi yang memiliki resiko tertinggi terinfeksi E. sakazakii yaitu neonatus (baru lahir hingga umur 28 hari), bayi dengan gangguan sistem tubuh, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), bayi prematur, dan bayi yang lahir dari ibu yang mengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Enterobacter sp. merupakan patogen nosokomial yang menjadi penyebab berbagai macam infeksi termasuk bakteremia, infeksi saluran pernapasan bagian bawah, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran kemih, infeksi dalam perut, radang jantung, radang sendi, osteomyelitis, dan infeksi mata.
Dalam hal ini jelas, ada beberapa faktor resiko infeksi pada bayi-bayi tertentu.
Enterobacter sakazakii sebenarnya bukan merupakan mikroorganisme normal pada saluran pencernaan hewan dan manusia, sehingga disinyalir bahwa tanah, air, sayuran, tikus dan lalat merupakan sumber infeksi. Enterobacter sakazakii dapat ditemukan di beberapa lingkungan industri makanan (pabrik susu, coklat, kentang, sereal, dan pasta), lingkungan berair, sedimen tanah yang lembab. Dalam beberapa bahan makanan yang potensi terkontaminasi E. sakazakii antara lain keju, sosis, daging cincang awetan, sayuran, dan susu bubuk.
Dari hal ini jelas, E.sakazakii tidak hanya bisa mengkontaminasi sufor. Lingkungan yang tercemar bisa jadi sumber penyebaran. Dan kontaminasinya bisa pada semua bentuk makanan yang disiapkan di sekitar lingkungan tersebut. Lingkungan dan proses penyiapan makanan yang tidak higienis juga bisa jadi sumber kontaminasi bakteri ini (dan bakteri lain, tentunya)
E. sakazakii hidup normal pada temperatur 37-44°C, beberapa yang telah resisten dapat hidup sekitar 50 – 60°C. Jadi, proses pasteurisasi (pemanasan di atas 60°C) seharusnya sudah mematikan bakteri ini. Pencegahan kontaminasi bakteri ini bisa dilakukan dengan memperhatikan kondisi optimum bakteri tersebut untuk hidup. Misalnya dengan menyeduh susu dengan air hangat (>60°C.
Di sisi lain, kejadian ini juga dijadikan kesempatan untuk kembali menggiatkan pemberian ASI. Suatu hal yang sangat positif. Tapi, apakah ASI juga terjamin bebas dari bakteri ? Inilah yang disayangkan, banyak anjuran pemberian ASI atau menyimpan ASI bagi ibu bekerja, namun sedikit yang memberitahu bagaimana perlakuan yang higienis. Jika si ibu memandang ASI bebas bakteri lalu dengan seenaknya mengeluarkan ASI di sembarang tempat (toilet, misalnya, karena keterbatasan tempat) tanpa mencuci tangan dan wadah yang digunakan tidak steril, apakah ASI tersebut masih tergolong sehat ? Belum lagi suhu penyimpanan yang tidak tepat. Tidak hanya bakteri E. sakazakii, bakteri lain pun mudah tumbuh dan berkembang. Sehingga tanpa sadar, ybs. telah meracuni anaknya dengan ASI nya sendiri.
Oleh karena itu, tidak hanya semangat untuk memberikan ASI saja yang harus dipupuk, melainkan menjaga higienitas saat menyiapkan dan memberikan ASI pun harus terinformasikan dengan jelas.
Nah, kalau yang satu ini, Pe-er siapa ya ? :)

Tahu dan Formalin : tidak berbahaya

Kontroversi tentang penggunaan formalin dalam bahan makanan masih sering diungkap dalam media. Hal ini membuat saya mengangkat kasus tersebut dan meminta mahasiswa saya (Kuliah Mikrobiologi-D3-Farmasi-T.A 2009/2010-angkatan 2008) untuk melakukan studi literatur dan analisa bahaya sebenarnya. Apakah memang benar berbahaya ? atau hanya paranoid berlebih ?
Berikut ini sedikit ringkasan hasil analisis mereka :
Seperti kita ketahui, tahu bersifat mudah rusak (busuk). Disimpan pada kondisi biasa (suhu ruang) daya tahannya rata-rata 1-2 hari saja. Setelah lebih dari batas tersebut rasanya menjadi asam lalu berangsur-angsur busuk, sehingga tidak layak dikonsumsi lagi. Akibatnya banyak usaha yang dilakukan produsen tahu untuk mengawetkannya, termasuk meng-gunakan bahan pengawet yang dilarang, misalnya formalin.
Penyebab mengapa tahu mudah rusak adalah kadar air dan protein tahu tinggi, masing-masing 86% dan 8-12%. Disamping kandungan lemak 4,8% dan karbohidrat 1,6%. Kondisi ini mudah mengundang tumbuhnya jasad renik pembusuk, terutama bakteri.
Dengan maraknya penggunaan formalin sebagai pengawet tahu, maka dirasakan perlu untuk mencari alternatif lain yang aman untuk mengawetkan tahu. Cara mengawetkan tahu dengan cara yang aman, mudah dan murah perlu diketahui oleh masyarakat luas. Disamping itu diperlukan juga pengetahuan tentang cara memilih dan menyimpan tahu yang baik.
Seperti halnya bahan pangan yang lain, tahu akan menjadi awet sampai seminggu atau lebih jika direndam dalam larutan formalin, tanpa perlu disimpan di lemari es. Tahu akan menyerap formalin, dan formalin itu tidak hilang setelah tahu digoreng atau direbus. Tahu yang telah direndam dengan formalin teksturnya menjadi kompak dan keras. Kadar airnya lebih sedikit. Adanya formalin dalam tahu, selain dapat dilihat dari teksturnya yang menjadi keras, juga dapat diketahui dari baunya.
Meskipun dilarang, kemungkinan penggunaan formalin sebagai pengawet tahu oleh orang yang tak bertanggung jawab selalu ada. Untuk mengetahui apakah tahu diawetkan dengan formalin atau tidak, caranya mudah saja. Jika membeli tahu, periksalah apakah ada bau aneh yang berbeda dengan aroma tahu biasa (yaitu bau khas atau langu dari kedelai). Periksa juga apakah tahu lebih kompak atau keras dari tahu yang biasa kita kenal. Tahu yang pernah direndam dengan formalin, kurang berair dibanding tahu biasa.
Di laboratorium, pemeriksaaan adanya formalin dalam tahu secara kimiawi, dapat dilakukan dengan mudah.

FORMALIN PADA MAKANAN TIDAK BAHAYA

Kandungan formalin pada bahan makanan ternyata tidak akan menimbulkan efek negatif bagi manusia. Termasuk kandungan formalin yang terdapat pada mie basah, ikan segar, tahu, dan ikan asin. Berdasarkan penelitian WHO, kandungan formalin yang membahayakan sebesar 6 gram. Padahal rata-rata kandungan formalin yang terdapat pada mie basah 20 mg/kg mie. Selain itu, formalin yang masuk ke tubuh manusia akan diurai dalam waktu 1,5 menit menjadi CO2.
Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma (USD), Dr. Yuswanto menjelaskan, berdasarkan penelitian yang dilakukan pihaknya pada tahun 2002, kandungan formalin pada mie basah di pasar Jogja sekitar 20 mg/kg mie. Kadar itu belum secara signifikan menimbulkan toksifikasi bagi tubuh manusia.
"Penelitian WHO menyebutkan kadar formalin baru akan menimbulkan toksifikasi atau pengaruh negatif jika mencapai 6 gram," Sebenarnya proses alam juga menghasilkan zat formalin yang selanjutnya terserap oleh sayur-sayuran, buah dan daging hewan.
Dikatakan, buah-buahan dan sayuran juga mengandung zat formalin sebagai hasil proses biologis alami. Alam sebenarnya menghasilkan zat formalin yang diserap oleh tumbuhan dan hewan. Daging sapi mengandung formalin kira-kira 30 mg, dan kerang laut mengandung formalin 100 mg per kg. Tapi itu formalin yang dihasilkan dari proses alami.
Para peternak sengaja membubuhkan formalin dalam makanan ternaknya. Makanan ternak diberi kandungan formalin sebesar 660 mg/kg. Tujuannya untuk membunuh bakteri. Keberadaan formalin tidak mengakibatkan keracunan hewan ternak.
Akan tetapi, kandungan formalin baru akan menimbulkan bahaya jika dihirup oleh alat pernapasan. Jika hanya dicerna alat pencernaan, tidak akan menimbulkan risiko negatif. Pemakaian formalin hanya merugikan kalangan peternak. Ketika mereka menghirup formalin lewat alat pernapasan, berpotensi menimbulkan kanker paru-paru.
Dapat disimpulkan bahwa ada kesalahan informasi di masyarakat tentang bahaya formalin di tahu, mie basah, ikan segar, dan ikan asin. Sebenarnya, ketika formalin masuk melalui alat pencernaan, tidak akan berpengaruh negatif.
Kondisi itu akan berbeda jika secara terus menerus formalin masuk melalui alat pernafasan, maka dikhawatirkan akan menyebabkan kanker paru-paru. Perokok juga berpotensi menghirup formalin dari setiap batang rokok yang dikonsumsinya. Ketika setiap hari menghisap 20 batang rokok, sama saja setiap hari menghirup 10 mg formalin.
Kenapa formalin di makanan tidak berbahaya? Proses metabolisme formalin yang masuk ke tubuh manusia sangat cepat. Tubuh manusia akan mengubah formalin menjadi CO2 dan air seni dalam waktu 1,5 menit.
Secara alami, setiap liter darah manusia mengandung formalin 3 mililiter. Sedangkan formalin yang masuk bersama makanan akan didegradasi menjadi CO2 dan dibuang melalui alat pernapasan. Jadi, meski formalin dikonsumsi dalam jangka waktu yang cukup lama, tidak akan terjadi proses akumulasi dan menyebabkan toksifikasi.
Informasi yang berkembang di masyarakat salah kaprah. Sebab, baru dalam dosis besar yakni sekitar 6 gram, formalin akan memunculkan efek negatif bagi tubuh manusia. Lagi-lagi yang dirugikan masyarakat kecil. Penjual mie basah, tahu, dan ikan asin dirugikan. Seharusnya, kita berpegang pada hasil penelitian yang akurat. Pemerintah harus segera mengambil sikap atas kekacauan ini. Kasihan pedagang kecil.
Reference yang mereka gunakan :
1.Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan.
2.Undang-Undang No.7/1996 tentang Pangan dan UU No.8/1999 tentang Perlindungan Konsumen.
3.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1168/Menkes/PER/X/1999.
4.Koswara, Sutrisno, Ir. MSi., Mengawetkan Tahu Tanpa Formalin, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor.
5.Tan Hoan Tjay, Drs. dan Kirana Rahardja, Drs,. Obat-Obat Penting - Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya - edisi VI, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. 2008
6.BULETIN CP. NO.73 TAHUN VII – JANUARI 2006
7.RADAR JOGJA - Minggu, 08 Jan 2006
8.http://id.wikipedia.org/formaldehida

Nah, satu hasil pemikiran yang out of the box lagi kan ? hehehe...

Kamis, 10 Februari 2011

MSG : Tidak berbahaya

Saya mungkin bisa dibilang sebagai ibu ‘gila’ yang berani memasukkan MSG ke dalam masakan yang akan dikonsumsi anaknya, sedangkan ibu yang ‘baik’ yang ‘mengerti kesehatan anaknya’ pantang membubuhkan barang ‘ terlarang’ tersebut. Tidak, saya tidak bermaksud meracuni anak saya. SAya hanya ingin ‘out of the book’ dan membahagiakan anak-anak dengan sensasi rasa umami itu. Terlepas dari kontroversi tentang bahaya MSG, saya yakin MSG tak berbahaya. Maaf, bukannya saya mendukung ‘makanan tak sehat’. Tapi saya hanya menyoroti MSG dan hanya menyingkap isi logika saya. Ada beberapa hal yang menyebabkan saya yakin itu.
1. Monosodium Glutamat (Mono natrium glutamat) adalah bentuk garam dari asam glutamat, salah satu asam amino yang ada dan dibutuhkan oleh tubuh kita. Satu unsur hidrogen (dari gugus –OH) tergantikan oleh Natrium. Intinya, toksisitasnya ada di unsur mana ? Natrium, lebih banyak dikonsumsi melalui garam biasa. Lalu, multivitamin yang katanya bisa mencerdaskan anak dan banyak digunakan ibu ‘yang sayang anaknya’, notabene mencantumkan asam glutamat pada komposisinya. Di dalam tubuh, bentuk garam ini (MSG) akan terhidrolisa, dan membebaskan glutamatnya. Hmm.. lalu, apa bedanya antara MSG dengan multivitamin itu ?
2. Rasa gurih (umami) pada makanan disebabkan kandungan glutamat bebasnya. Semakin banyak kandungan glutamat bebas, semakin gurih. Protein dari daging (sapi/ayam) dapat pula membebaskan glutamat tersebut. Itulah alasan reasonable mengapa kaldu itu gurih. Jadi ketika ada bahan penyedap mengklaim tanpa MSG, menurut pendapat saya tidak tepat. Karena nanti ia akan mengeluarkan Glutamat bebasnya. Mungkin bedanya, ia tidak dalam bentuk garamnya. Nonsense jika ia bisa menimbulkan rasa umami tanpa glutamat.
3. Teman yang lain berpendapat bahwa MSG yang merupakan produk sintesis tidak bisa disamakan dengan asam glutamat alami yang diperoleh dari makanan lain. Hmmm, terus terang, menurut saya, ketika suatu senyawa masuk ke dalam tubuh kita, tubuh kita sudah tidak dapat memilah apakah senyawa tersebut produk alami atau senyawa kimia sintesis. Yang tubuh lihat adalah struktur kimia yang sama, sehingga ia bisa berinteraksi dengan reseptor dalam tubuh kita. Sebagai perbandingan, obat yang dirancang dapat menempati reseptor histamin dan menghalangi histamin endogen, dapat menghambat kerja histamin. Padahal dari segi struktur tidak sama, namun lock and key-nya cocok. Apalagi jika itu senyawa yang sama (tak peduli proses pembuatannya seperti apa). Mungkin yang harus diperhatikan adalah zat tambahannya.
4. Pemberian gula pasir yang digabung dengan garam akan memberikan rasa gurih pada makanan. Kenapa ? Bahan dasar pembuatan MSG adalah harus dari bahan yang kaya karbohidrat. Salah satunya adalah tetes tebu (produk samping dari pembuatan gula). Melalui proses fermentasi (disinilah yang memerlukan enzim- yang jadi halal/ haramnya), terbentuk glutamat. Menurut pikiran saya, gula pasir kaya akan karbohidrat yang melalui reaksi biokimia (melalui asetil co-A) dapat dimetabolisme menjadi asam amino, salah satunya glutamat. Natrium dari garam sama halnya dengan natrium dari MSG.
5. Percobaan yang dilakukan terhadap tikus menunjukkan ada bahaya letal dan karsinogenik dari MSG. Dosis yang diberikan dosis besar (apalagi jika dikonversi ke manusia), diberikan iv. Ah, satu – dua sendok dalam makanan yang notabene kemudian terencerkan, dikonsumsi oleh seisi rumah, dan dimetabolisme lagi dalam sistem pencernaan masing-masing, sepertinya tidak akan mencapai lethal dose atau karsinogenik. (Saya katakan, sepertinya karena saya tidak mengkalkulasi secara tepat hal ini.)
Karena saya merasa ada keterbatasan ilmu, dan masih penasaran, saya akhirnya googling. Tenyata banyak yang mengungkap bahaya MSG (sebagian besar adalah pengalaman), namun tak sedikit juga yang mengatakan aman. Kontroversi. Dalam hal ini, bukannya saya ingin pembenaran atas tindakan saya, namun saya timbang, sepertinya yang menilai aman (dengan batas tertentu) lebih reasonable. Wallahu ‘alam bisawwab.
Seperti halnya saya yang tetap memberi MSG, orang lain boleh berpegang teguh pada prinsip-nya melarang masukan MSG pada anaknya. Setidaknya, dengan alasan yang didasari keilmuan yang saya miliki (mohon maaf jika masih sedikit ilmu yang saya miliki, sehingga pemikirannya masih terbatas), saya bisa membuktikan bahwa saya bukan ibu ‘gila’ yang ‘tak sayang’ pada anaknya….
Oh ya, sebagai hasil googling saya, rasanya situs ini bisa merangkum keseluruhan info tentang MSG. Walau mungkin terlihat mendukung opini saya (tapi siapa tahu memang realitanya begitu ?). Boleh anda klik http://id.wikipedia.org/wiki/Mononatrium_glutamat
(dari berbagai sumber)

Rabu, 09 Februari 2011

Menjadi ibu dalam sehari (Mommy n son vacation in rumah sosis)



Ketika mendapat surat pemberitahuan dari TPA-nya Aufal bahwa tanggal 9 Februari 2011 mereka akan mengadakan studi pengenalan lingkungan dengan kegiatan outbond untuk anak-anak di rumah sosis, saya sedikit bingung. Kegiatannya pas pada hari kerja. Tapi jika tidak didampingi, masa iya sih ? Sehari saja, masa iya tidak bisa. Ini adalah saatnya untuk menghabiskan waktu bersama putra sulung saya. Hanya berdua. Hmm.. boleh juga.
Dengan semangat, hari itu saya tandai sebagai hari menjadi seorang ibu saja. Tanpa gangguan pekerjaan, studi, riset, atau apapun selain bermain seharian bersama Aufal. Pagi buta, saya sudah menyiapkan bekal makanan kecil, minuman ringan, susu dan yang begitu menyenangkan adalah menyiapkan bekal makan siang. Minus pengalaman, ternyata menyenangkan pula menyiapkan bekal “mr. smile” dengan bahan seadanya (serba instant, mie goreng-sosis-keringkentang-ikan goreng). Dan Aufal senang sekali dengan bekal yang saya siapkan tersebut.

Dan saat itu tiba. Senangnya, sepanjang perjalanan Aufal riang gembira. Bersama sahabat karibnya yang sengaja diset duduk bareng, Agi, bernyanyi dan berceloteh setiap waktu. Lucu, dua anak itu anteng berdua. Tapi ibu mereka, anteng sendiri-sendiri. Hehehe..bukannya apa-apa, saya sendiri bukan orang yang mudah membuka percakapan. Dan ibunya Agi nampak lebih tertutup dari saya. Dan saya pun lebih banyak berkomunikasi dengan Aufal. Seperti niat semula, hari ini adalah hari khusus Aufal..
Sesampainya di lokasi, anak-anak langsung dibawa ke tempat flying fox. Tanpa instruksi sebelumnya, anak-anak disiapkan dengan perlengkapan pengamanan. Kaget juga sih, masa iya anak-anak balita ini flying fox tanpa pendampingan ortu dan tanpa penjelasan apapun. Anak-anak yang telah dilengkapi pengaman ‘digiring’ ke atas. Untung bu guru berinisiatif ikut ke atas dan naik memberi contoh pada anak-anak. Awalnya Aufal menolak karena tidak didampingi saya. Ketika melihat ibu guru dan temannya meluncur, dia mau juga dengan syarat harus sama saya. Wah, tidak seorang anak pun yang didampingi ortunya, bahkan guru yang lain juga tidak ikut. Masa iya saya nyeleneh ? Tapi, ini kesempatan Aufal mencoba yang baru. Akhirnya saya minta pada instrukturnya untuk ikut tandem dengan Aufal. Dan untungnya mereka membolehkan. Langkah saya ini akhirnya diikuti 3 ibu lain yang anaknya juga tak mau naik sendiri. Meski mereka sendiri sebenarnya ketakutan. Jadilah di atas saat menunggu giliran, saya tak hanya menenangkan Aufal dan memberi penjelasan pada Aufal, tapi juga menguatkan ibu-ibu itu untuk berani. Lucu, mendorong anaknya untuk berani, eh, malah mereka yang ketakutan. Terus terang, saya juga orang yang takut pada ketinggian. Tapi tanpa dihadapi, ketakutan itu hanya akan semakin besar. Aufal yang terlihat takut, saya arahkan agar tenang. Pengalaman sebelumnya dengan flying fox, membuat saya tenang. Akhirnya saat meluncur tiba. Aufal memeluk saya erat. Saya minta ia lihat ke depan, dan wussss…. Kami meluncur. Saat turun, senyum Aufal mengembang. Sayang, karena saya ikut naik, jadi tak ada yang mengabadikan moment itu. “Seneng, Fal ?”tanya saya. Aufal pun mengangguk.
Berikutnya, ke permainan naik perahu. Di sini Aufal mulai berani lepas sendirian. Saya hanya memantau dari jauh. Senang juga lihat mereka bergembira. Selepas main perahu, Aufal menuntun ke lorong sesat. Bukannya membantu anak yang tersesat, malah saya ikut tersesat..hehehe..
Permainan berikutnya, naik dan berjalan via tali temali tidak Aufal ikuti karena ia lebih tertarik ‘menarik beca’ di arena Rumah pohon. Ya sudah, saya turuti kemauannya. Terlebih, ini sudah waktunya makan siang, biar sekalian ia suapi. Senangnya bisa menyuapi Aufal yang makan dengan lahap sambil mengexplore semua arena. Cape, lelah, tapi menyenangkan. Sampai saya lapar pun tidak terasa.
Kegiatan berikutnya adalah kegiatan yang ditunggu : Berenang !!! Beberapa anak malas turun ke kolam karena airnya dingin. Tapi Aufal semangat. Maklum, terbiasa berenang dan mandi di air dingin. Namun lucunya, ketika saya ikut turun dan memeganginya, Aufal berbisik “Mama di atas aja, Aufal sendiri aja..” hehehe.. rupanya Aufal malu didampingi..

Secara keseluruhan, hari itu hari yang solid untuk kami berdua. Tidak ada rengekan, tidak ada omelan, pokoknya komunikasi mengasyikan. Having fun tanpa beban lain. Bisa bicara dan main bersama Aufal tanpa mencabang pikiran pada hal lain. Andai setiap hari seperti ini.
Sepanjang perjalanan pulang, Aufal tertidur. Ketika kami sampai di rumah, sempat pula saya bertanya, “Aufal senang hari ini?” Dan Aufal bilang, “Iya” Alhamdulillah…

Rabu, 02 Februari 2011

Meminta imbalan pada Allah..

Pagi itu (Senin, 013111), saat membereskan isi dompet, saya baru sadar kartu ATM saya tidak ada di tempatnya. Di manakah ia ? Setelah mengubrak-abrik semua celah dan tidak pula ditemukan, saya langsung berkesimpulan bahwa kartu tersebut tertinggal. Tapi dimana ?
Saya pun mulai mengingat satu demi satu. Terakhir kali saya bersentuhan dengan kartu tersebut yaitu pada hari jumat (bayangkan, sudah 3 hari berlalu !). Kalau tak salah, terakhir kali mengeluarkannya saat hendak membayar di suatu toko buku. Eits, tapi kan saya batal membayar menggunakan kartu tersebut karena kena tambahan biaya 6% dari pembelanjaan saya. Dan saya akhirnya menguras isi dompet. Ya Ampun ! karena uang di dompet habis untuk membayar buku-buku tersebut, sepulang dari sana saya mampir ke sebuah ATM yang kebetulan berada di kantor cabang Bank tersebut. Berarti, itulah tempat terakhir kartu ATM saya berada.
Sedikitnya panik itu ada. Saya tak mungkin meninggalkan kartu ATM saya jika saja ATM tersebut sudah keluar dari mesinnya. Kemungkinan terbesar adalah kartu itu tertinggal di dalam mesin dan option di layar pasti “Transaksi lain ? (ya/ tidak)”. Dan karena kelalaian saya, setelah uang keluar, saya tidak memilih di option tersebut serta langsung keluar dari gerai ATM. Deg-degan.. karena orang yang memasuki gerai ATM setelah saya dan menemukan kondisi tersebut dapat dengan mudah melakukan transaksi apapun dengan account saya. Meski uang yang ada di rekening saya tidaklah besar, tapi jika itu sampai hilang…masya Allah..
Meski berusaha tenang, tapi hati tetap khawatir. Dengan diantar suami, saya berangkat ke kantor cabang tempat gerai ATM tersebut. Mudah-mudahan ada orang yang menemukan kartu saya lalu mengembalikan lewat SATPAM bank yang sedang berjaga. Di sepanjang perjalanan saya meminta bantuan pada Allah. Dan di sini kurang ajarnya saya..
Saya teringat kurang lebih sebulan lalu, di suatu gerai ATM. Ketika saya hendak memasukkan kartu, di layar tertera option “Transaksi lain ? (ya/ tidak)”. Tanpa pikir panjang, saya langsung pilih “tidak” dan mengeluarkan kartu tersebut. Langsung saya keluar, berharap pemilik kartu masih ada di luar. Celingak-celinguk mencari orang. Dengan bantuan teman, akhirnya orang tersebut dapat dipanggil dan kartu ATMnya langsung diberikan. “terimakasih, mbak..” katanya berbinar. Di perjalanan pulang. Saya dan teman sempat bercanda.. “Kok gak kepikiran ya buat nguras isi rekeningnya? Padahal dengan satu pijitan tombol..abrakadabra..” Kami hanya tertawa membayangkan apa yang terjadi jika kami tak jujur.
Nah, karena mengingat itu, dalam doa saya terselip permohonan “Ya Allah, kemarin hamba telah berbuat jujur dengan mengembalikan kartu ATM seseorang yang teledor. Masa iya sih, sekarang saat saya teledor, tidak ada orang jujur untuk saya ?” Astagfirullah. Dengan kata lain, saat itu saya telah langsung ‘imbalan’ atas perilaku yang memang sudah seharusnya saya lakukan.
Tapi Allah memang tak pernah ingkar janji. Sekecil apapun perbuatan baik hambaNya pasti akan mendapat imbalan baik secara langsung di dunia, maupun kelak di akhirat. Ketika saya datang ke kantor cabang bank tersebut, ternyata memang benar kartu ATM yang tertinggal di dalam ATM tersebut telah dikembalikan orang yang menemukannya. Dan beliau tidak sedikitpun mengutak-atik rekening saya ! Alhamdulillah… Maafkan hamba yang telah meminta imbalan langsung atas perbuatan hamba,ya Rabb.. Namun Engkau Maha Tahu dan mengabulkan permintaan hambaNya..
Singkat kata, saya bisa keluar dari Bank dengan wajah sumringah. Meski saya tidak tahu siapa yang menemukannya, saya ingin mengucapkan terimakasih banyak.. Percayalah, jika saya tak mampu membalas kebaikan anda, Allah pasti membalasnya dengan bentuk yang tak terduga… Aamiin.