Jumat, 23 September 2011

Gaya Waspada

Hari jum’at siang. Dalam perjalanan ke arah pusat kota, dari balik jendela bis kota, terlihat serombongan pria berjalan kaki menyusuri trotoar menuju pusat kota. Dengan stelan batik, penampilan mereka terlihat rapi. Tapi tunggu dulu, ufs, kok alas kakinya sendal jepit sih ? Tanpa bertanya-tanya lagi, bisa dipastikan kemana mereka akan pergi. Yup, mereka pasti mau shalat jum’at di Mesjid Agung ! Meski berpakaian rapi (mungkin mereka pegawai kantor sekitar pusat kota), mereka tidak ragu untuk beralas kaki sendal jepit. Bahkan mungkin itu seragam lazim untuk shalat jum’at ya ? Dan memang di hari Jum’at sering terjadi rebutan sendal jepit di tempat saya bekerja. Rekan-rekan saya lebih memilih meningggalkan sepatu bagusnya untuk ditinggal di kampus dan menggunakan sendal jepit (walau ada beberapa sandal yang sudah jelek sekali) ke mesjid. Di rumah pun, ayah dan kakak-kakak saya lebih memilih sandal jepit sebagai padanan baju koko mereka dibanding menggunakan sandal kulit yang lebih matching jika hendak shalat jum’at. Bahkan kadang ibu sering mengingatkan ayah untuk menggunakan sandal jepit. Jadi, wajar kan kalau saya bilang sandal jepit jadi alas kaki lazim untuk shalat jum’at ? Aneh ya ? Di saat kita hendak menghadap seseorang yang kita anggap penting, kita biasanya sangat memperhatikan penampilan kita. Dari ujung kepala sampai ujung kaki diusahakan rapi dan pantas dipandang. Kalau kita menggunakan stelan batik, pasti alas kakinya sepatu tertutup. Kalau kita menggunakan alas kaki sendal jepit, pasti dianggap tidak sopan. Pun begitu saat kita hendak memasuki suatu gedung perkantoran. Rasanya akan sangat janggal sekali melihat seseorang menggunakan sandal jepit. Lalu, kenapa saat kita hendak menghadap Sang Pencipta dan datang ke rumah-Nya, kita cenderung melupakan penampilan ? Mungkin hal ini didasari satu keyakinan, bahwa dihadapan-Nya, kita semua adalah sama-sama mahluk-Nya. Tidak melihat bagaimana penampilannya, Allah hanya melihat amal kebajikan orang tersebut. Jadi, mau memakai sandal jepit atau sepatu bagus, tetap saja yang dilihat Allah adalah amal sholehnya. Lagipula, saat masuk mesjid apalagi shalat, alas kaki kan dilepas. Buat apa pakai alas kaki bagus ya ? Tapi, penggunaan sendal jepit saat hendak shalat jum’at pada dasarnya adalah salah satu tindakan waspada. Waspada terhadap tindakan kriminal yang sangat mungkin terjadi saat shalat jum’at sedang berlangsung. Yup, pencurian ! Dan hal ini bukan berita sekali-dua kali. Berita pencurian di mesjid memang bukan hal yang aneh lagi. Pencurinya memang cukup berani. Di tempat ibadah, tempat orang bertemu dengan Penciptanya, dia berani melakukan tindakan yang dilarang oleh-Nya. Dan hal tersebut sempat menimpa kakak saya. Pada suatu hari Jum’at, kakak dengan PDnya menggunakan sandal baru ke mesjid. Katanya, jika menghadap Allah tuh jangan setengah-setengah, pakailah yang terbaik. Namun, sepulang shalat jum’at, kakak langsung meralat ucapannya. “Kecuali sandal” katanya. Maklumlah, ia pulang dengan bertelanjang kaki setelah sandal kesayangannya raib entah kemana. He.he..he.. Jadi, bila anda melihat seorang pria tampil rapi namun menggunakan alas kaki sendal jepit, berjalan kaki terutama pada Jum’at siang, jangan bertanya-tanya. Pasti dia hendak pergi ke mesjid terdekat ! Percayalah, itu adalah gaya waspada yang lagi trend…He..he..he..