Rabu, 02 Februari 2011

Meminta imbalan pada Allah..

Pagi itu (Senin, 013111), saat membereskan isi dompet, saya baru sadar kartu ATM saya tidak ada di tempatnya. Di manakah ia ? Setelah mengubrak-abrik semua celah dan tidak pula ditemukan, saya langsung berkesimpulan bahwa kartu tersebut tertinggal. Tapi dimana ?
Saya pun mulai mengingat satu demi satu. Terakhir kali saya bersentuhan dengan kartu tersebut yaitu pada hari jumat (bayangkan, sudah 3 hari berlalu !). Kalau tak salah, terakhir kali mengeluarkannya saat hendak membayar di suatu toko buku. Eits, tapi kan saya batal membayar menggunakan kartu tersebut karena kena tambahan biaya 6% dari pembelanjaan saya. Dan saya akhirnya menguras isi dompet. Ya Ampun ! karena uang di dompet habis untuk membayar buku-buku tersebut, sepulang dari sana saya mampir ke sebuah ATM yang kebetulan berada di kantor cabang Bank tersebut. Berarti, itulah tempat terakhir kartu ATM saya berada.
Sedikitnya panik itu ada. Saya tak mungkin meninggalkan kartu ATM saya jika saja ATM tersebut sudah keluar dari mesinnya. Kemungkinan terbesar adalah kartu itu tertinggal di dalam mesin dan option di layar pasti “Transaksi lain ? (ya/ tidak)”. Dan karena kelalaian saya, setelah uang keluar, saya tidak memilih di option tersebut serta langsung keluar dari gerai ATM. Deg-degan.. karena orang yang memasuki gerai ATM setelah saya dan menemukan kondisi tersebut dapat dengan mudah melakukan transaksi apapun dengan account saya. Meski uang yang ada di rekening saya tidaklah besar, tapi jika itu sampai hilang…masya Allah..
Meski berusaha tenang, tapi hati tetap khawatir. Dengan diantar suami, saya berangkat ke kantor cabang tempat gerai ATM tersebut. Mudah-mudahan ada orang yang menemukan kartu saya lalu mengembalikan lewat SATPAM bank yang sedang berjaga. Di sepanjang perjalanan saya meminta bantuan pada Allah. Dan di sini kurang ajarnya saya..
Saya teringat kurang lebih sebulan lalu, di suatu gerai ATM. Ketika saya hendak memasukkan kartu, di layar tertera option “Transaksi lain ? (ya/ tidak)”. Tanpa pikir panjang, saya langsung pilih “tidak” dan mengeluarkan kartu tersebut. Langsung saya keluar, berharap pemilik kartu masih ada di luar. Celingak-celinguk mencari orang. Dengan bantuan teman, akhirnya orang tersebut dapat dipanggil dan kartu ATMnya langsung diberikan. “terimakasih, mbak..” katanya berbinar. Di perjalanan pulang. Saya dan teman sempat bercanda.. “Kok gak kepikiran ya buat nguras isi rekeningnya? Padahal dengan satu pijitan tombol..abrakadabra..” Kami hanya tertawa membayangkan apa yang terjadi jika kami tak jujur.
Nah, karena mengingat itu, dalam doa saya terselip permohonan “Ya Allah, kemarin hamba telah berbuat jujur dengan mengembalikan kartu ATM seseorang yang teledor. Masa iya sih, sekarang saat saya teledor, tidak ada orang jujur untuk saya ?” Astagfirullah. Dengan kata lain, saat itu saya telah langsung ‘imbalan’ atas perilaku yang memang sudah seharusnya saya lakukan.
Tapi Allah memang tak pernah ingkar janji. Sekecil apapun perbuatan baik hambaNya pasti akan mendapat imbalan baik secara langsung di dunia, maupun kelak di akhirat. Ketika saya datang ke kantor cabang bank tersebut, ternyata memang benar kartu ATM yang tertinggal di dalam ATM tersebut telah dikembalikan orang yang menemukannya. Dan beliau tidak sedikitpun mengutak-atik rekening saya ! Alhamdulillah… Maafkan hamba yang telah meminta imbalan langsung atas perbuatan hamba,ya Rabb.. Namun Engkau Maha Tahu dan mengabulkan permintaan hambaNya..
Singkat kata, saya bisa keluar dari Bank dengan wajah sumringah. Meski saya tidak tahu siapa yang menemukannya, saya ingin mengucapkan terimakasih banyak.. Percayalah, jika saya tak mampu membalas kebaikan anda, Allah pasti membalasnya dengan bentuk yang tak terduga… Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar