Rabu, 07 Juli 2010

Polisakarida Jamur (2)

Jamur yang tersebar luas dan sebagian besar belum dimanfaatkan dapat menjadi sumber produk farmasi baru yang kuat. Seperti yang telah diketahui, di beberapa Negara Asia, penggunaan jamur sebagai obat tradisional sudah tak asing lagi.
Secara khusus, dan yang paling penting untuk obat modern, mereka mewakili sumber yang tidak terbatas dari polisakarida dengan aktivitas antitumor dan immunostimulating. Dari data in vitro, ekstrak jamur crimini, maitake, oyster and shiitake yang mengandung polisakarida mengatur produksi makrofag dan T-cell dari sitokin yang bermanfaat untuk meningkatkan imunitas anti tumor 3).
Sebagian besar jamur Basidiomycetes mengandung polisakarida aktif secara biologis dalam tubuh buah, kultur miselium, dan kultur kaldu. Polisakarida tersebut memiliki komposisi kimia yang berbeda, umumnya merupakan β-glucans; memiliki rantai utama dengan ikatan β-(1 → 3) dan tambahan cabang β-(1→6) untuk aktivitas antitumor mereka. β-Glucans berbobot molekul tinggi tampaknya lebih efektif daripada bobot molekul rendah. Sebagian besar bukti klinis untuk aktivitas antitumor berasal dari polisakarida komersial lentinan, PSK (krestin), dan schizophyllan, tetapi polisakarida dari beberapa spesies jamur menjanjikan lain juga menunjukkan hasil yang baik. Aktivitas ini terutama bermanfaat dalam klinik jika digunakan bersama dengan kemoterapi 4).
Polisakarida jamur mencegah onkogenesis, menunjukkan aktivitas antitumor langsung terhadap berbagai allogeneic dan syngeneic tumor, dan mencegah tumor metastasis. Polisakarida dari jamur tidak menyerang sel kanker secara langsung, tapi menghasilkan efek antitumor dengan mengaktifkan respon imun yang berbeda dalam host. Aktivitas antitumor polisakarida memerlukan komponen T-sel utuh dan aktivitasnya dimediasi melalui mekanisme system imun thymus-dependent 4).
β-(1-3)-glucans merupakan molekul yang memperlihatkan aktivitas biologis yang luas termasuk aktivitas antitumor. Beberapa penelitian memperlihatkan kemampuannya terhadap system imun humoral dan selular non spesifik aktif. Molekul ini meningkatkan aktivitas antimicrobial dari sel mononuclear dan neutrophils dan menambah aktivitas fungsional dari makrofag.
β-glucans teruji menghambat pertumbuhan tumor baik secara in vitro maupun in vivo. β-glucans lentinan dari Lentinus edodes, schizophyllan (sonifilan) dari Schizophyllum commune, grifolan dari Grifola frondosa, dan ekstrak dari Sclerotinia sclerotiorum, semuanya memiliki aktivitas antitumor 3).
β-(1-3)-Glucans juga menstimulasi proliferasi monosit dan makrofag dan memiliki aktivitas hematopoietic yang cukup potensial 3).
Aktivitas anti infeksi β-(1-3)-glucans telah diuji dalam animal models dari penyakit bacterial, fungal, parasitic, dan viral namun yang paling sering eksperimen dalam penyakit bacterial 3).
β-(1-3)-Glucans telah diuji dalam model pengujian terhadap infeksi Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, and Mycobacterium leprae. Pada setiap kasus, treatment dengan β-(1-3)-glucan memberikan efek yang menguntungkan dalam mereduksi mortality atau mengurangi jumlah bakteri dalam hewan terinfeksi 3).
β-(1-3)-Glucans terderivatisasi dan tak larut menstimulasi pembentukan mediator proinflammatory seperti komponen komplemen, IL-1, TNF-a, IL-2, and eicosanoids. β-(1-3)-Glucans larut diuji kemampuannya untuk mencegah bacterial sepsis 3).
Ekstrak Agaricus blazei Murill yang kaya campuran β-(1,3)-, β-(1-4)- and β-(1-6)-D-glucans menstimulasi pembentukan sitokin pro-inflamatori pada monosit dan sel endotel vena manusia sebagai respon terhadap infeksi 5).
β-glucans dari ekstrak jamur Agaricus blazei juga mencegah efek genotoksis dari benzopiren dengan cara terikat pada benzopiren atau menangkap radikal bebas selama aktivasi benzopiren tersebut, sehingga dapat digunakan sebagai agen kemoprotektif melawan kerusakan DNA yang diinduksi oleh benzopiren 6).
Jamur juga kaya akan mannan. Mannan memiliki aktivitas biologis yang signifikan saat diberikan kepada mamalia. Ketika diberikan secara oral, mereka menghambat absorpsi kolesterol dan menyebabkan hipokolesterolemia. Jika diberikan dalam rute lain, mereka terikat pada protein pengikat mannose dan menyebabkan aktivasi makrofag dan pelepasan interleukin-1, menghambat replikasi virus, menstimulasi aktivitas sumsum tulang, mempercepat penyembuhan luka, dan menghambat pertumbuhan sel tumor 7).
Lentinan tersulfatasi dari L. edodes mencegah efek HIV-induced cytopathic. Protein-bound polysaccharides, PSK and PSP dari Trametes versicolor (L.: Fr.) Pila´t [syn. Coriolus versicolor (L.: Fr.) Quelet] juga memiliki efek antiviral pada HIV dan cytomegalovirus in vitro. Selain menstimulus system imun, efek lain dari kompleks polysaccharide–protein adalah aktivitas antiviral 8).
Beberapa polisakarida dan kompleks polysaccharide–protein dari jamur dapat menstimulasi system imun non spesifik dan mengerahkan aktivitas antitumor melalui stimulasi dari mekanisme pertahanan inang. Obat mengaktifkan sel-sel efektor seperti makrofag, limfosit T
dan sel NK untuk mensekresi sitokin seperti TNF-α, IFN-γ, IL-1β,
dll, yang antiproliferative dan menginduksi apoptosis dan
diferensiasi pada sel tumor 8).
Ada bukti bahwa β-D-glucans menimbulkan respons biologis dengan cara mengikat membran reseptor komplemen type 3 (Cr3, alphaMb2 integrin atau CD11b/CD18) pada sel-sel efektor imun 8)

Pustaka
1. Barros, L. et al. 2008.Chemical Composition and Biological Properties of Portuguese Wild Mushrooms: A Comprehensive Study. J. Agric. Food Chem.56, 3856–3862
2. Chan, G.C, Chan, W.K, & Sze, D. 2009. The effects of β-glucan on Human Immune and Cancer Cells. Journal of Hematology & Oncology, 2:25
3. Yu, S., Weaver, V., Martin, K., & Cantorna, M.T. 2009. The Effects of Whole Mushrooms during Inflammation. BMC Immunology, 10:12
4. Wasser, S.P. 2002. Medicinal Mushrooms as a Source of Antitumor and Immunomodulating Polysaccharides. Appl Microbiol Biotechnol. 60:258–274.
5. Bernardshaw, S., Hetland, G., Ellertsen, L.K., Tryggestad, A.M.A, & Johnson, E. 2006. An Extract of the Medicinal Mushroom Agaricus blazei Murill Differentially Stimulates Production of Pro-inflammatory Cytokines in Human Monocytes and Human Vein Endothelial Cells in vitro. Inflammation, Vol. 29, Nos. 4-6, December 2005
6. Angeli, J.P.F, Ribeiro, L.R, Bellini, M.F., Mantovani, M.S. 2009. β-Glucan Extracted from The Medicinal Mushroom Agaricus blazei Prevents the Genotoxic Efects of Benzo[a]pyrene in the Human Hepatoma Cell Line HepG2. Arch Toxicol 83:81–86
7. Tizard, I.R., Carpenter, R.H., McAnalley, B.H., & Kemp, M.C. 1989. The Biological Activities of Mannans and Related Complex Carbohydrates. Mol. Biother., vol. 1, No, 6
8. Lindequist, U., Niedermeyer, T.H.J, & Jülich, W.D. 2005. The Pharmacological Potential of Mushrooms. eCAM;2(3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar